Filosofi Lisan

23.25 / Diposting oleh IwanAshfa / komentar (0)

Sayyidina Ali K.W
1. Lisan orang mukmin bermula dari belakang hatinya, sedangkan hati orang munafik bemula dari belakang lisannya.
2. Tidaklah lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lisannya.
3. Demi Allah, tidaklah aku melihat seorang hamba bertaqwa dengan taqwa yang membawa manfaat baginya sehingga dia menyimpan lisannya.
4. Sesungguhnya lisan ini senantiasa tidak mematuhi pemiliknya.
5. Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya sese¬orang tersembunyi di bawah lisannya.
6. Ketenangan seseorang terdapat dalam pemeliharaannya terhadap lisannya.
7. Lisanmu menuntutmu apa yang telah engkau biasakan padanya.
8. Lisan laksana binatang buas, yang jika dilepaskan, niscaya ia akan menggigit.
9. Jika lisan adalah alat untuk mengekspresikan apa yang muncul dalam pikiran, maka sudah seyogyanya engkau tidak menggunakan¬nya dalam hal yang tidak ada dalam pikiran itu.
10. Perkataan tetap berada dalam belenggumu selama engkau belum mengucapkannya. Jika engkau telah mengucapkan perkataan itu, maka engkaulah yang terbelenggu olehnya. Oleh karena itu, simpanlah lisanmu, sebagaimana engkau menyimpan emasmu dan perakmu. Ada kalanya perkataan itu mengandung kenikmatan, te¬tapi ia membawa kepada bencana.
11. Sedikit sekali lisan berlaku adil kepadamu, baik dalam hal menye¬barkan keburukan maupun kebaikan.
12. Timbanglah perkataanmu dengan perbuatanmu, dan sedikitkanlah ia dalam berbicara kecuali dalam kebaikan.
13. Sesungguhnya ada kalanya diam lebih kuat daripada jawaban.
14. Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraannya.
15. Apa yang terlewat darimu karena diammu lebih mudah bagimu untuk mendapatkannya daripada yang terlewat darimu karena per¬kataanmu.
16. Sebaik-baik perkataan seseorang adalah apa yang perbuatannya membuktikannya.
17. Jika ringkas (dalam perkataan) sudah mencukupi, maka memper¬banyak (perkataan) menunjukkan ketidakmampuan mengutarakan sesuatu. Dan jika ringkas itu dirasa kurang, maka memperbanyak (perkataan) wajib dilakukan.
18. Barangsiapa yang banyak bicaranya, maka banyak pula kesalahan¬nya; barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikit malu¬nya; barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit wara’nya‘ (kehati hatian dalam beragama); barangsiapa yang sedikit wara’nya, maka mati hatinya; dan barangsiapa yang mati hatinya, maka dia akan masuk neraka.

Read More......

Akal Manusia

23.23 / Diposting oleh IwanAshfa / komentar (0)

1. Kekayaan yang paling besar adalah akal.
2. Akal (kecerdasan) tampak melalui pergaulan, sedangkan kejahatan seseorang diketahui ketika dia berkuasa.
3. Akal adalah raja, sedangkan tabiat adalah rakyatnya. Jika akal lemah untuk mengatur tabiat itu, maka akan timbul kecacatan padanya.
4. Akal lebih diutamakan daripada hawa nafsu karena akal menjadi¬kanmu sebagai pemilik zaman, sedangkan hawa nafsu memperbu¬dakmu untuk zaman.
5. Makanan pokok tubuh adalah makanan, sedangkan makanan pokok akal adalah hikmah. Maka, kapan saja hilang salah satu dari kedua¬nya makanan pokoknya, binasalah ia dan lenyap.
6. Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau akal bertemu dengan akal.
7. Tidak ada harta yang lebih berharga daripada akal.
8. Pertalian yang paling berharga adalah akal yang berpasangan de¬ngan kemujuran.
9. Adab adalah gambaran dari akal.
10. Jika akal dibiarkan menjadi kendali, tidak tertawan oleh hawa nafsu, atau melampaui batas agama, atau fanatik terhadap nenek moyang, niscaya hal itu akan mengantarkan pelakunya pada keselamatan.
11. Jika engkau hendak menutup sebuah kitab, maka hendaklah eng¬kau teliti kembali kitab itu. Karena sesungguhnya yang kau tutup adalah akalmu.
12. Jika Allah hendak menghilangkan nikmat dari seorang hamba-Nya, maka yang pertama kali diubah dari hamba-Nya itu adalah akal¬nya.
13. Akal adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman.
14. Akal adalah buah pikiran clan pengetahuan yang sebelumnya ti¬dak diketahui.
15. Ruh adalah kehidupan badan, sedangkan akal adalah kehidupan ruh.
16. Akal adalah rekaman terhadap berbagai pengalaman.
17. Rasulmu adalah juru terjemah akalmu.
18. Pahamilah kabar jika kalian mendengarnya dengan akal yang pe¬nuh dengan pemahaman, bukan akal yang sekadar meriwayatkan. Sesungguhnya periwayat ilmu banyak jumlahnya, sedangkan yang memahaminya sedikit.
19. Orang yang berakal bersaing dengan orang-orang saleh agar dapat menyusul mereka, clan dia ingin sekali dapat berserikat dengan memka karena kecintaannya terhadap mereka-meskipun amalnya tidak mampu menyamai mereka.
20. Orang berakal, jika berbicara dengan suatu kalimat, maka ikut ber¬samanya hikmah dan nasihat.
21. Orang yang paling bijak akalnya dan yang paling sempurna keuta¬maannya adalah yang mengisi hari-harinya dengan perdamaian, bergaul dengan saudara-saudaranya dengan rekonsiliasi, dan mene¬rima kekurangan zaman.
22. Tidaklah patut bagi orang yang berakal kecuali berada dalam salah satu dari dua kondisi ini, yaitu berada dalam cita-cita yang paling (hubungan individu dengan masyarakat) tinggi untuk mencari dunia, atau berada dalam cita-cita yang pa¬ling tinggi untuk meninggalkannya.
23. Tidaklah layak bagi seorang yang berakal untuk menuntut ketaatan orang lain (terhadapnya), sedangkan ketaatannya terhadap dirinya sendiri ditolak.
24. Orang yang berakal adalah orang yang mencurigai pendapatnya sendiri dan tidak mempercayai apa yang dipandang baik oleh diri¬nya.
25. Orang yang berakal adalah yang menjadikan pengalaman-peng¬alaman (hidup) sebagai nasihat baginya.
26. Sesungguhnya perkataan orang-orang berakal, jika benar, maka ia adalah obat namun jika salah, maka ia adalah penyakit.
27. Permusuhan orang-orang pintar adalah permusuhan yang paling berat dan paling berbahaya karena ia hanya terjadi setelah didahului dengan hujah dan peringatan, clan setelah tidak mungkin lagi ada perdamaian di antara keduanya.
28. Sesungguhnya sesuatu yang tidak disukai (kesialan) memiliki ba¬tas yang pasti akan berakhir. Oleh karena itu, seorang yang berakal hendaknya bersikap tenang sampai kesialan itu hilang (berlalu dengan sendirinya). Sebab, menghindar darinya sebelum habis waktu¬nya hanya akan menambah kesialannya.
29. Orang yang paling disukai oleh orang berakal adalah musuhnya juga berakal. Sebab, jika musuhnya itu berakal, maka dia akan me¬rasa aman dari kejahatannya.
30. Celaan orang-orang yang berakal lebih berat daripada hukuman seorang penguasa.
31. Permulaan pendapat orang berakal adalah akhir pendapat orang bodoh.
32. Bagi orang yang berakal, hidup dalam kesusahan bersama orang¬orang berakal lebih disenangi daripada hidup dalam kelapangan bersama orang-orang bodoh.




Read More......

Ingatlah Hanya Kepada-Nya

18.09 / Diposting oleh IwanAshfa / komentar (1)

Maksiat Lebih Baik Ketimbang Taat, Kalau...

“Maksiat yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan keapada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong.”

Sebesar apa pun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu.

Karena sebesar langit dan bumi ini, jika anda penuhi dengan dosa-dosa anda, dikalikan lagi dengan lipatan jumlah penghuni planet ini, kelipatan dosa itu, sesungguhnya ampunan Allah masih lebih besar dan lebih agung lagi.
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berdosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina dihadapan Allah itu dinilai lebih baik, dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya.

Mengapa ? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi disbanding maksiat, yaitu dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasulullah saw. Bersabda : “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ‘ujub (kagum pada diri sendiri).”

Bahkan betapa banyak orang yang dulunya ahli maksiat lalu diangkat derajatnya menjadi manusia mulia di hadapan Allah Ta’ala. Begitu juga banyak ahli ibadah tetapi berakhir hina di hadapanNya gara-gara ia sombong dan merasa lebih dibanding yang lainnya.
Orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, apakah ia aktivis muslim, da’I, ustadz, kyai, ulama’, muballigh, ketika mereka menyerukan amar ma’ruf nahi mungkar, lantas dirinya merasa lebih baik dari yang lain, adalah wujud kesombongan yang hina pada dirinya.

Dibanding seorang preman yang bertobat, pelacur yang bertobat, maling yang bertobat dengan kerendahan jiwa di hadapan Allah, mereka yang merasa paling Islami itu justru menjadi paling hina, jika ia tidak segera bertobat.

Nabi Adam as, mendapatkan kemuliaan luar biasa sebagai Nabi, Rasul, Khalifah, Abul Basyar, justru ketika sudah turun di muka bumi, karena tindak dosanya di syurga. Namun Nabi Adam bertobat dalam remuk redam jiwanya dan hina dina hatinya di depan Allah, justru Allah mengangkat dan menyempurnakan ma’rifatnya ketika di dunia, bukan ketika di syurga dulu.

Nabi Adam as, menjadi Insan Kamil ketika di dunia, bukan ketika di syurga. Oleh sebab itu terkadang Allah mentakdirkan maksiat pada seorang hamba dalam rangka agar si hamba lebih luhur dan dekat kepada Allah. Wacana ini dilontarkan agar manusia tidak putus asa atas masa lalu dan nodanya di masa lampau, siapa tahu, malah membuat dirinya naik derajat.

Wacana ini pula tidak bias dipandang dengan mata hati, nafsu dan hasrat hawa. Misalnya, “Kalau begitu maksiat saja, siapa tahu, kita malah naik derajat…” Kalimat ini adalah kalimat yang muncul dari hawa nafsu!

Wacana mengenai naiknya derajat paska maksiat, hanya untuk orang yang sudah terlanjur maksiat, agar tidak putus asa dan tetap menjaga rasa baik sangka kepada Allah Ta’ala (husnudzon).
Apalagi di akhir zaman ini, jika disurvey, membuktikan bahwa orang yang kembali kepada Allah dengan taubatnya, biasanya didahului oleh kehidupan yang hancur-hancuran, maksiat yang bernoda.

Akhir zaman ini juga banyak dibuktikan, khususnya di wilayah kota, betapa banyak orang yang merasa bangga diri dengan ahli ibadahnya, ketekunan dan taatnya, diam-diam ia ujub dan sombong, merasa lebih dibanding lainnya.

Sifat hina dina adalah wujud kehambaan kita. Manusia akan sulit mengakui kehambaannya manakala ia merasa mulia, merasa sombong, ujub, apalagi merasa hebat dibanding yang lainnya.

Karena itu rasa hina dina, apakah karena diakibatkan oleh kemaksiatan atau seseorang mampu menjaga rasa hina dina di hadapan Allah, adalah kunci terbukanya Pintu-pintu Allah Ta’ala, karena kesadaran seperti itu, membuat seseorang lebih mudah fana’ di hadapanNya.

Read More......

Al Ilmu Nurrun

17.57 / Diposting oleh IwanAshfa / komentar (2)

Kesucian dan Kemuliaan Ilmu



1. Tiada kemuliaan seperti ilmu.
2. Ilmu adalah pusaka yang mulia.
3. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di anggota-anggota badan.
4. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, karena hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.
5. Jika Allah hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.

6.Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah shalat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata, “Seandainya aku menjumpai api-api itu, niscaya akan aku padamkan semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan.”
7. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena mereka hanya akan mendustakanmu, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.
8. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.

Read More......
17.31 / Diposting oleh IwanAshfa / komentar (0)

RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA



Berbagai macam sarana komunikasi dan transportasi diciptakan untuk mempermudah segala urusan kehidupan. Sehingga dunia laksana satu daratan yang bisa dijangkau dengan mudah dalam waktu sekejap tanpa menisakan letih dan lelah. Padahal enam puluh tahun yang lalu, sarana komunikasi dan transportasi masihlah minim. Segala sesuatu ditempuh dengan waktu yangsangat lama. Namun saat ini semuanya serba instant. Hubungan jarak jauh bisa dilakukan tanpa jeda waktu. Karena komunikasi dan transportasi semakin canggih serta teknologi semakin mutakhir.

Namun yang harus diwaspadai, di tengah gemerlapnya eksploitasi teknologi dan gencarnya penjajahan moral yang dilakukan para kapitalis, terutama di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam, maka semu pihak harus mengetahui racun dan virus berbahaya yang diselipkan dalam kecanggihannya. Racun atau virus itu sungguh mudah menjangkiti kita semua. Apabila kita sudah merasakan maka sendi-sendi moral kita lambat laun akan rontok seperti ruas-ruas jemari yang berjatuhan terkena lepra ganas. Tapi seringkali penyakit yang sangat berbahaya itu tidak nampak karena mata kita terlalu silau oleh kecanggihannya.

Saat teknologi telepon semakin canggih, harga pesawat telepon dan perangkat elektronik semakin murah, serta jaringan pemasaran distribusinya sudah merambah hingga pelosok-pelosok daerah, maka penyakit itu pun semakin rapat mengepung kita.

Dengan teknologi handphone berkamera, lahirnya fasilitas 3G, chatting melalui internet dan komputer berkamera, maka hubungan langsung antara manusia pun semakin menganga lebar. Pembicaraan lewat media tersebut seperti sudah tidak menyisakan sekat-sekat lagi. Orang yang kita ajak bicara sudah jelas terpampang di depan kita. Apa yang ditampilkan di kamera, itulah keadaan lawan bicara kita yang sesungguhnya. Gambar si dia yang sedang manja, senyumnya yang menggoda, desah suaranya yang membuat terlena, dapat dengan mudahnya dinikmati dengan fasilitas komunikasi semacam ini.

Maka ketika batasan moral sudah semakin memudar dan hilang. Saat pengawasan dari orant tua semakin renggang, para pemuda dan pemudi pun semakin leluasa berhubungan dengan kamuflase teknologi tersebut. Mereka dengan mudah membuat janji berbicara mesra berkoodinasi dengan pasangan untuk mengelabui orang tua guna bertemu berdua untuk khalwah elektronik.Sungguh sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan murahnya pulsa.
Lihatlah. Kita akan dengan mudah menyaksikan apa yang dilakukan kaum muda kita. Anak-anak sekolah dengan penuh bangga da nbahagia memanfaatkan fasilitas kecanggihan HP terbaru. Tanpa sadar, mereka telah terjebak. Virus dan racun telah merasuki dirinya. Ia terus menjalar dan menyerang benteng-benteng keimanan.

Apabila ini yang terjadi, maka sungguh kehancuran moral yang senyata-nyatanya. Sehingga saat pemuda dan pemudi sudah terjebak dalam jeratan komunikasi yang semacam ini, maka sangat susah untuk melepaskan diri. Masih Nggak percaya... Percayalah...Jangan coba-coba!

Mereka sudah dapat merasakan indahnya janji dan harapan, hangatnya pembicaraan, mesranya rayuan, serta manisnya pujian. Sukma mereka pun serasa melayang-layang. Pada akhirnya untuk terjerumus ke dalam hubungan yang lebih gelap akan dengan sangat mudah terjadi. Akibatnya, dua sejoli yang tadinya hanya membangun hubungan dengan jaringan HP, telepon, atau internet saling berjanji untuk bertemu. Mereka tergoda untuk "mengenal lebih dekat". Janji dan pertemuan pun terjadi, awalnya dengan sembunyi-sembunyi itu pun dilakukan di luar rumah, pertemuan pertama menyisakan rasa penasaran yang menggelitik kalbu. Syetan pun tak tinggal diam. Ia dengan gencar menggoda untuk bertemu yang kedua kali dan seterusnya. Bahkan dengan terang-terangan datang/apel ke rumah. Sebagaiman yang dikatakan oleh seorang penyair:

Berawal dari pandangan, lalu senyuman
Kemudian salam, disusul pembicaraan
Lalu berakhir dengan janji dan pertemuan.

Syetan dan iblis pun tertawa lebar. Mereka terus mengipasi api asmara yang sedang membara hingga membakar keduanya. Kemudian kedua sejoli terlena melanggar arena terlarang dan menjamah sutra haram, wal iyadzubillah. Akhirnya banyak wanita remaja yang menjadi mangsa panas asmara. Mereka benar-benar menjadi korban permainan api cinta.

Anak-anak ABG, bahkan yang telah dewasa sekalipun dengan mudah terjebak dalam kubangan lumpur kehinaan semacam ini. Apalagi kalau sudah tidak memiliki filter agama yang kuat. Maka pada ahirnya hubungan bebas oleh dua pasangan yang belum semestnya, semakin mudah dilakukan. Akibatnya adalah aib, kehormatan melayang, serta suramnya masa depan.

Maka, wahai para pemuda dan pemudi, para orang dewasa dan orang tua, renungkanlah secara mendalam akan bahaya dari racun asmara dan virus pulsa serta khalwah elektronik!

PENANGKAL RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA
Berikut ini saya akan mencoba memberikan beberapa solusi agar racun da nvirus pulsa tidak mudah menyerang diri kita dan keluarga. Ini beberapa resep penangkalnya, semoga dapat membantu kita:

1. Membentengi keluarga dengan aqidah yang shahih dan akhlak mulia. Jangan bosan dan menyerah untuk mengajak keluarga menuntut ilmu syar'i dan mengamalkannya.
2. Tanamkan kepada keluarga bahwa pergaulan bebas adalah jerat-jerat syetan yang bahaya da nkerugiannya nyata di dunia, dan adapun di akhirat akan mendapat adzab Allah yang sangat pedih.
3. Para orang tua hendaknya bijaksana dalam memenuhi peermintaan anak-anaknya yang merengek minta dibelikan HP atau komputer multimedia. Karena dari dua media tersebut sangat mudah virus-virus itu menyebar. Gambar dan film porno, komunikasi bebas, akan dengan mudah didapatkan dan dijalin melalui media ini.
4. Hendaknya mendampingi dan mengawasi ketika anak menggunakan jaringan internet.
5. Jangan letakkan komputer multimedia di kamar pribadi anak. Usahakan komputer diletakkan di ruang keluarga yang mudah diawasi penggunaannya.
6. Usahakan agar anak-anak tidak memliki HP. Kalau si anak memang perlu untuk dibawa keluar lebih baik dipinjami milik orang tua.
7. Kalau memang harus membelikan HP kepada anak maka hendaknya dibelikan sesuai dengan kebutuhan yang utama.
8. Para pemuda dan pemudi yang sudah siap menikah, hendaknya bersegera. Jangan ditunda! Jangan ciptakan ruang untuk berpacaran.
9. Para orang tua hendaknya mendukung keinginan anak-anaknya yang menyatakan sudah sanggup untuk menikah.
10. Mengawasi teman bergaul anak-anak kita dan bersikap selektif dalam memilihkan teman bergaul untuk mereka. Jangan biarkan mereka keluar rumah tanpa kontrol apalagi keluar dengan teman lawan jenis.

Read More......